Featured Widget

6/recent/ticker-posts

Ustadz Junaedi Soroti Hilangnya Rasa Takut kepada Allah

PCM PANGGUNGREJO – Khutbah Jumat (10/10/2025) di Masjid At Taqwa Jagalan, Kota Pasuruan, diwarnai seruan tegas dari Ustadz Junaedi mengenai pentingnya rasa takut kepada Allah (khauf) sebagai pondasi ketakwaan. Ustadz Junaedi menyoroti fenomena sosial yang menurutnya menjadi bukti nyata hilangnya rasa takut tersebut: praktik korupsi dan pelanggaran hukum skala besar.

Ustadz Junaedi menyatakan bahwa di akhir zaman, banyak orang yang mengetahui kebenaran syariat tetapi tetap melanggarnya.

"Ketika seseorang mengerti, tetapi melakukan korupsi besar-besaran, triliunan, jutaan—ini menandakan tidak ada rasa takut kepada Allah," tegasnya.

Ia mengingatkan jamaah bahwa siksa Allah adalah sebuah kepastian yang akan dihadapi setiap manusia setelah kematian, sehingga kesadaran akan hari akhir harusnya menjadi rem bagi setiap perbuatan.

Hari Kiamat dan Empat Pertanyaan Kunci

Ustadz Junaedi lantas membawa jemaah pada gambaran kedahsyatan hari kiamat. Merujuk pada firman Allah, ia menjelaskan betapa guncangan hari itu begitu hebat sehingga "wanita yang menyusui akan melupakan bayinya, dan wanita hamil akan langsung melahirkan."

Puncak pertanggungjawaban di akhirat diilustrasikan melalui sabda Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan empat pertanyaan wajib yang akan diajukan Allah:

Umur: Untuk apa dihabiskan?

Ilmu: Apakah diamalkan atau disampaikan?

Harta: Dari sumber halal atau haram didapatkan?

Harta: Untuk apa dibelanjakan atau diamalkan?

"Harta hakiki kita adalah yang sudah kita amalkan di jalan Allah," simpul Ustadz Junaedi, menekankan pentingnya menggunakan kekayaan untuk mencari keselamatan di akhirat, bukan hanya menimbunnya di dunia.

Menghindari Neraka Saqar: Shalat dan Kepedulian Sosial

Dalam bagian penutup khutbah, Ustadz Junaedi mengutip Surah Al-Mudats-tsir yang merinci penyebab seseorang masuk Neraka Saqar. Ia menyebutkan bahwa penghuni neraka menjawab pertanyaan orang beriman dengan dua poin utama kegagalan:

Mereka tidak mendirikan salat.

Mereka tidak memberi makan orang miskin.

Khutbah ditutup dengan seruan nyata kepada jamaah Masjid At Taqwa Pasuruan untuk mengaplikasikan rasa takut tersebut dalam kehidupan sehari-hari: "Mari kita ramaikan masjid dan majelis demi mengagungkan Agama Allah," serta "Jangan lupa menyisihkan rezeki dan memberikannya kepada orang-orang miskin."

Pesan ini menjadi pengingat kolektif bahwa ketakwaan sejati diukur bukan hanya dari ritual ibadah, tetapi juga dari kontribusi nyata terhadap lingkungan sosial dan kehati-hatian dalam mengelola harta. (*)


Firnas 

Posting Komentar

0 Komentar