PCM PANGGUNGREJO - Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur mengambil langkah progresif yang menandai keseriusan organisasi Islam modern ini dalam menghadapi tantangan era digital.
Melalui program Manajemen Reputasi Digital Organisasi Muhammadiyah, yang diselenggarakan pada Sabtu, 11 Oktober 2025 di Surabaya, PWM Jatim tidak hanya membicarakan branding organisasi, tetapi juga mendefinisikan ulang makna dakwah di ruang siber.
Pelatihan yang menargetkan Sekretaris, Kepala Kantor, hingga Pemimpin Redaksi media internal Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) se-Jawa Timur ini adalah pengakuan strategis: bahwa kredibilitas organisasi masa kini diukur melalui layar gawai, bukan hanya mimbar. Kurikulum yang disajikan membentuk alur berpikir yang holistik, mulai dari fondasi teologis hingga perencanaan aksi konkret.
Fondasi Dakwah Digital: Konsistensi sebagai Cerminan Iman
Pembahasan dimulai dengan landasan filosofis, di mana Dr. Muhammad Sholihin, M.PSDM, menekankan bahwa reputasi digital bagi institusi Islam adalah cerminan dari nilai-nilai keimanan. Reputasi positif tidak sekadar citra yang bagus, melainkan merupakan perwujudan dari ajaran rahmatan lil 'alamin (pembawa rahmat bagi semesta).Poin utamanya jelas: aktivitas digital Muhammadiyah harus diintegrasikan dengan prinsip kejujuran (sidq), amanah, kebijaksanaan (hikmah), dan kebaikan. Jika konten yang disebarkan menginspirasi, tetapi perilaku di dunia nyata bertentangan, maka reputasi akan runtuh. Inilah yang disebut konsistensi—tidak adanya celah antara citra digital dan kenyataan—sebuah tuntutan etis yang jauh lebih berat daripada sekadar algoritma.
Strategi Praktis: Meramu Konten dan Mengelola Krisis
Setelah fondasi etis ditetapkan, materi bergeser ke ranah praktis. M. Himawan Sutanto, M.Si, memandu peserta tentang cara membangun reputasi positif di media sosial. Strategi yang diajarkan bersifat aplikatif, berfokus pada produksi konten yang edukatif, inspiratif, dan konsisten dengan identitas brand voice Muhammadiyah.Namun, di tengah hiruk pikuk media sosial, reputasi selalu rentan terhadap goncangan. Oleh karena itu, pelatihan ini secara krusial juga membahas manajemen krisis. Tim digital PDM dilatih untuk memiliki langkah-langkah awal dalam menghadapi komentar negatif atau pemberitaan yang merusak, tujuannya untuk meminimalisir dampak sebelum isu membesar. Kemampuan bereaksi cepat dan sopan dalam interaksi (engagement) menjadi kunci untuk memelihara kepercayaan publik.
Sains Reputasi: Mengukur Bukan Sekadar Angka
Salah satu sesi paling penting adalah ketika Jamroji, M.Comms, membahas metodologi pengukuran. Dalam ruang digital, metrik dangkal seperti jumlah follower atau like seringkali menyesatkan. Pelatihan ini mendorong PDM untuk bergerak melampaui metrik kuantitatif.Evaluasi harus melibatkan analisis sentimen—yaitu, mengukur kualitas pembicaraan publik (apakah positif, negatif, atau netral) mengenai organisasi. Dengan memanfaatkan alat seperti Google Analytics dan Social Media Monitoring Tools, PWM dan PDM dapat mendapatkan wawasan (insight) yang mendalam mengenai persepsi publik. Reputasi sejati, ditekankan, terletak pada seberapa baik pesan dakwah diterima dan diinternalisasi, bukan seberapa jauh jangkauannya (reach).
Menerjemahkan Rencana Menjadi Tindakan Nyata
Seluruh rangkaian materi ini memuncak pada sesi perencanaan aksi yang dipimpin oleh Agus Wahyudi. Tujuan akhir pelatihan ini bukanlah sebatas pemahaman konsep, melainkan penciptaan roadmap digital yang konkret dan dapat dijalankan.Proses ini menuntut PDM untuk menyusun peta jalan yang jelas, mencakup tujuan, target audiens, dan jadwal publikasi yang terstruktur. Penekanan diletakkan pada pentingnya kerja tim yang solid, di mana setiap anggota (mulai dari kreator konten hingga analis data) memiliki peran yang jelas. Hasil evaluasi dari sesi pengukuran kemudian digunakan dalam Siklus Continuous Improvement, memastikan bahwa strategi digital Muhammadiyah selalu adaptif dan relevan seiring perubahan zaman.
Kesimpulan: Komitmen Strategis MuhammadiyahInisiatif PWM Jawa Timur ini menegaskan bahwa Muhammadiyah melihat ruang digital sebagai medan dakwah yang tak terhindarkan. Melalui kurikulum yang menyeluruh—dari fondasi nilai (Materi 1) hingga strategi praktis (Materi 2), pengukuran kinerja (Materi 3), dan implementasi berkelanjutan (Materi 4)—organisasi ini berupaya memastikan bahwa reputasi digital mereka tidak hanya cemerlang, tetapi juga tepercaya.Langkah ini bukan sekadar mengikuti tren teknologi, melainkan sebuah komitmen strategis untuk menjaga integritas dan relevansi sebagai gerakan Islam yang senantiasa membawa kemajuan dan pencerahan bagi masyarakat di tengah pusaran informasi yang semakin cepat dan volatile. (*)
Firnas Muttaqin
Kontributor pasmu.id
Muhammadiyah Kota Pasuruan
0 Komentar